" Gaharu ki opo to mas?" seorang teman bertanya.

Sabtu, 04 September 2010

" Gaharu ki opo to mas?" seorang teman bertanya padaku mengawali chating tadi pagi sehabis sahur.

"Weh ndak tan blas po?" sambung ku....
"Iyo....pernah denger unen-unen sik muni sudah gaharu cendana pula" sambungnya....
"Wes gini aja....nek ada waktu 10 an menit...cobo browsing nang internet...ketik ae Gaharu.....ato cobo baca ae beberapa 'notes' nang fb ku iki. Ono informasi tentang gaharu...." kataku.

Tak ada jawaban di jendela chatingan....ku pikir dia dah ke mana....kencing atau ke mana. Ku aduk kopiku yang masih kemebullllll....sambil kunyalakan sebatang rokok...... Senandung Bob Marley menemaniku......

" Buzzzz.....Buzzzzz...." Busyet.....terkejut aku. Rupanya temenku nge-buzzz. Benernya aku sangat ndak suka di-buzzz....
"Uedan......uedan......" kubayangkan wajah polosnya. Hihihiii...pasti lucu dia....
"Ra ngapusi po kui? Tenanan po?" tanya temenku
"Apane?" jawabku sok pura-pura coollll....
"Gaharu....gaharu kui....."
Tanpa menunggu jawabku...dia nyerocos....critanya dia curhat tentang kehidupannya..... Aku ndak terbiasa memotong, maka ku perhatikan dengan seksama. Krang lebih, curhatnya gini :

Lima Belas tahun dia bekerja di Jakarta.... Sepuluh tahun yang lalu dia memberanikan diri menikahi temen se pabrik di mana dia bekerja. Selang satu tahun....mereka dikaruniai seorang anak.....dua tahun berselang kembali karunia anak mereka terima..... Selama di Jakarta (owh ya..temenku bekerja di sebuah pabrik sepatu di Jakarta, mugkin bekasi atau Tangeran tepatnya) mereka menempati sebuah rumah kecil, kost,,,
Dia menceritakan berapa gajinya plus lemburan-lemburan yang diterima setiap bulannya. Dia juga cerita berapa biaya hidup selama sebulan. 
Sungguh luar biasa, pikirku dalam hati.....dalam kondisi itu temenku sanggup bertahan...... Semua jerih payahnya dalam sebulan....berangkat di pagi hari saat matahari belum beranjak....pulang di saat matahari sudah di peraduan.... "Aku ndak pernah ketemu srengene (matahari)", habis tak bersisa....itu pun istrinya sambil jualan gorengan di deket gang tempat mereka kost. Bayar kost, makan, bayar listrik, bayar keamanan, bayar biaya kebersihan, jajan anak-anaknya, biaya naek bis ke tempat kerja, biaya kesehatan (setiap bulan selalu ada saja yang perlu ke dokter, puskesmas), kadang harus kondangan kawan yang nikah atau lahiran anak atau ada sripah (meninggal), iuran ini dan itu.......
"iso nabung ra?" tanyaku...
"Boro-boro nabung...." jawab temenku...kubayangkan temenku sambil menerawang...
"Lho nek mulih kampung tiap opo?"
"Yo nek meh lebaran gini, lumayan dapat THR...." jawabnya....
"Lha di kampung jeh ada lahan kebon to,,,," tanyaku membuyarkan lamunan temenku....(mungkin lagi menerawang...dengan THR yang didapat...apa bisa beli baju baru buat anak-anak dan istrinya....apa juga cukup buat beli tiket Jakarta-Magelang PP...apa juga cukup untuk ngasih sekedar uang jajan ponakan-ponakannya....).

"Wes ngene mas....gaharu bibite siji regane piro? Aku mulih sesuk meh nandur....." saut temenku...kali ini lamunanku yang tersadarkan...
"Tenan po? Nek meh nandur..nanduro.....bibite tak kek'i gratis....perlu piro bibite?" jawabku serasa jadi juragan,,,,hehehee....
"Lemahe simbok ora ombo....ming sitik...nek sesuai notes nang fb mu iki...kurang luwih aku perlu bibit sewidak (60)" jawab temenku....aku merasakan dia mulai semangat.
"Yoh wes.....bibite tak kasih gratis,,,ning syarate kudu ditandur,,,,,," kembali aku menjawab dengan gaya juragan....
"Sip...jos gandos........" jawab temenku.....

Itu tadi cerita ngobrol dengan temenku tadi pagi....sehabis sahur, temenku melarikan diri ke warnet deket kostnya....

Kisah yang dialami temenku ini bukan kisah asing. Ada banyak kisah sejenis.....kerja mati-matian demi kelangsungan hidup di kota besar (Jakarta). Banting tulang, tidak kenal panas dan hujan...ada juga yang sampai tidak kenal matahari...... Bisa cukup sudah alhamdulillah puji syukur..... 

Bukan omong kosong, bahwa sebenarnya jika mau capek sedikit.....punya cadangan "tanaman" di desa....yakin dah mata rantai kepedihan di kota besar (Jakarta) suatu saat akan terputus.....bahkan sangat dimungkinkan.....kota besar bukan lagi menjadi tempat menggantungkan masa depan keluarga, masa depan anak-anak....

Gaharu hanyalah salah satu pilihan, ada banyak jenis kegiatan menanam/bertani yang bisa dilakukan. Tidak harus memiliki ketrampilan khusus.....kebun dan sawah akan mengajari bagaimana menanam, bagaimana merawat, bagaimana mencintai tanaman.....

Selamat "bermudik" ria...selamat di jalan sampai di tujuan..... Buka mata, telinga dan hati saat di kampung...mainlah ke sawah....mainlah ke kebun.....di situ ada jaminan masa depan yang lebih "nyaman"....



tidak sulit kok....

1 komentar:

Batu Akik Antik mengatakan...

selamat siang Mas,saya jeffry di kupang NTT, saya minta tolong informasi tempat yang mau membeli Gaharu,apakah bisa Mas, mohon di infokan via hp 085239163999, maturnuwun

Posting Komentar